Selasa, 24 Juni 2014

SERANGAN HAMA / PENYAKIT JAGUNG BERDASARKAN FASE PERTUMBUHAN


FASE VEGETATIF  (0–14  Hari Setelah Tanam)
1.   Lalat bibit (Atherigona sp.)

Menyerang hingga  umur 1  bulan. Dengan sasaran  titik  tumbuh  (makanan  utamanya).   
Serangan  berat,  jagung  jadi  layu  hingga mati dan jika  tidak  mati  pertumbuhannya terhambat
Pengendalian: gunakan varietas  tahan  dan  seeds treatment  melalui  tanah  pada  waktu tanam  atau  diberikan  pada  kuncup  daun pada umur tanaman satu minggu dengan dosis 0.24 kg b.a/ha. 

2.   Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.)
Ngengat Agrotis ipsilon meletakkan telur  dalam  barisan  atau dipermukaan  daun  yang dekat  tanah.
Larva  bersembunyi siang hari  dalam tanah  dan  keluar  makan malam  hari.
Pengendalian  :  penggunaan karbofuran

3.   Lundi (uret) (Phyllophaga hellen)  
Kumbang  muncul  setelah  adanya  hujan  pertama  yang  cukup lebat  sehingga  menyebabkan  tanah cukup  lembab.  Larva  menyerang  bagian  akar,  sehingga tanaman  jadi  layu, dapat rebah atau mati.
Pengendalian  :  pergiliran  tanaman atau  mengolah  tanah  dengan  baik  untuk mematikan larva.
4.   Penyakit  bulai  (Peronosclerospora sp.)
Di Indonesia bulai disebabkan cendawan P.  maydis
Gejala  bulai  : daun berklorosis  sebagian  atau  seluruh, tanaman  yang terinfeksi  awal  akan menyebabkan  tanaman  kerdil,  tidak berbuah (bila  bertongkol , tongkolnya  tidak  normal)
Pengendalian  :  benih  disemprot fungisida  Nordox  56WP, pada  tanaman dimulai  umur  HST  sampai  tidak  ada  lagi gutasi  ditanaman,  dan  dapat  pula menggunakan  varietas  tahan  seperti lokal  Kalbar,  Lagaligo,  Surya,  Bisi-4, Pioneer (4,5,9,10 dan 12).

5.   Penyakit  Virus  Mozaik  Kerdil (VMK)
Penyebab  penyakit  ini  disebabkan oleh  Virus  Mozaik  Tebu,  Virus  Mozaik Ketimun atau Virus Mozaik Kerdil. Gejala terlihat  pada  daun  dengan  adanya perubahan  warna  yang  menjadi  hijau muda diantara hijau tua normal.
Pengendalian  :  aplikasi  insektisida untuk  mengendalikan  vektor  dengan yang  berbahan  aktif  monokrotofos, tamaron  atau  thiodan  dan  melakukan eradikasi pada tanaman yang terserang.


FASE  GENERATIF (15    42  Hari Setelah Tanam)
1.   Penggerek  batang  (Ostrinia furnacalis Guenee)
Dijumpai  pada tanaman umur  40  HST.  Telur  diletakkan  ditulang  daun  bawah  dari 
teratas.  Ulat  yang menetas  menuju  bunga  jantan ada  yang  langsung  menggerek  tulang  daun yang  terbuka,  kemudian  menuju  batang  dan  menggerek  batang  serta  membentuk  lorong  mengarah  ke  atas. 
Pengendalian  :  gunakan insektisida Carbofuran 3% di  pucuk  tanaman  sebanyak  2-3  g pertanaman.

2.   Ulat  grayak  (Spodoptera  litura, Mythimna s)
muncul  saat umur tanaman 11    30  HST.  Serangan  pada tanaman  muda  dapat  menghambat pertumbuhan  hingga kematian.  Serangan  berat pada  pertanaman  dapat  mengakibatkan tinggal  tulang daun.  Ngengat betina  meletakkan  kelompok  telur    dipermukaan bawah  daun. 
Pengendalian:  dengan menggunakan insektisida Carbofuran 3% diberikan pada pucuk tanaman. 
   
 3.   Wereng  Jagung  (Peregrinus  maidis Ashm.) 
Wereng jagung merupakan vektor penyakit virus pada jagung. Gejala  serangan  : daun tampak  bercak  bergaris  kuning,  garis pendek  terputus  sampai bersambung  pada  tulang  daun kedua  dan  ketiga
Pengendalian  :  tanam serempak,  tanam  pada akhir  musim  hujan, gunakan insektisida Carbofuran 3%.   

4.   Penyakit  bercak  daun  (Bipolaris maydis)
Penyebabnya adalah  cendawan  Helminthosporium turcicum  Pass.  atau Helminthosporium maydis Nisik. Gejala  serangan  : berupa  bercak  coklat  kelabu seperti  jerami  pada  permukaan  daun 
Pengendalian :    benih diberi  metalaksil  (2,5  g/kg)  dan  pemberian pupuk  NPK  +  Nordox56WP  (setiap  1  kg  NPK ditambahkan  5  g  Nordox56WP) 

5.   Penyakit  Hawar/Upih  (Rhizoctonia solani K.) 
disebabkan cendawan  Rhizoctonia  solani  Kuhn. Gejala  : bercak  melebar  didaun  juga dipelepah  warna  merah  keabu-abuan, adanya  butiran  berwarna putih  (sclerotia)  bisa  berubah jadi  kecoklatan  yang menempel  pada  permukaan daun/pelepah yang terinfeksi.  Umumnya menyerang pada musim hujan.
Pengendalian:  pergiliran varietas 

6    Penggerek  tongkol  (Helicoverpa armigera Hubn.)
Telur  diletakkan  pada  rambut  tongkol  secara  tunggal 45 – 56 HST, saat  munculnya  rambut tongkol.,  dan  menetas ± 4 hari. Ngengat aktif  pada  malam  hari, menyerang  tongkol, pucuk  dan  malai  sehingga bunga  jantan  tidak  terbentuk 
Penggunaan  insektisida  Carbofuran 3% menjelang berbunga bila  ditemui  3 tongkol  rusak  per  50  tanaman  baru  terbentuk  buah 
   
7.    Penyakit  Busuk  Batang  dan  Busuk Tongkol
Disebabkan  cendawan  Fusarium  sp., Diplodia  sp.,  dan  bakteri  Erwinia  sp. Gejalanya  pada  pangkal  batang  busuk sehingga  bagian  atas    layu  dan mengering,  bila  terjadi  pada  tongkol, tongkol  yang  terserang  menjadi  busuk sebagian atau seluruhnya.
Pengendalian  :  dengan menggunakan  varietas  tahan, pemupukan  berimbang,  hindari penanaman  pada  musim  hujan,  dan dapat  pula  menggunakan  fungisida (Sumartini dan Hardaningsih 1995).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar