Lahan sawah
tadah hujan hanya dapat ditanami sekali setahun. Pertanaman padi diareal
tersebut sering kali gagal panen karena mengalami kekurangan air, baik untuk
pengolahan tanah maupun untuk pertumbuhan tanaman. Petani pada umumnya menunggu
sekitar dua bulan sejak turunnya hujan untuk melakukan pengolahan tanah karena
pada waktu tersebut air sudah menggenangi sawah. Akibatnya waktu tanam
tertunda, sehingga pada fase pertumbuhan generatif, tanaman sering mengalami
kekeringan dan gagal panen.
Upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman kekeringan pada lahan sawah tadah hujan
adalah dengan sistem bertanam padi gogorancah. Sistem ini berarti bercocok
tanam padi di sawah pada musim hujan, dengan menerapkan gabungan antara sistem
gogo dan padi sawah. Sistem ini juga cocok untuk lahan beririgasi yang mendapat
pengairan terlambat.
BENIH DAN VARIETAS
Varietas yang akan digunakan
disesuaikan dengan kondisi iklim dan organisme pengganggu setempat.
- Daerah beriklim basah menggunakan varietas umur sedang, seperti cisadane, IR 42, IR 48 dan bahbolan.
- Daerah iklim kering dengan varietas berumur genjah : IR 64, IR 66, IR 74, & ciliwung.
Untuk kebutuhan benih berkisar antara
40-60 kg/ hektar. Benih tidak perlu direndam kedalam air yang penting lebih
bernas dan daya tumbuhnya masih diatas 80%.
PENYIAPAN LAHAN
1. Tanpa olah tanah :
Tanpa olah tanah adalah suatu sistem
olah tanah untuk budidaya pertanian dimana solum tanah dibiarkan seperti semula
tanpa disentuh alat olah tanah. Dalam sisten ini tanah dibiarkan tidak terganggu
kecuali untuk sekedar membuat alur kecil atau lobang tegalan untuk menempatkan
benih (ditugal)
2. Pengolahan tanah sempurna:
Waktu mengolah tanah sebaiknya
dilakukan sebelum hujan turun atau segera setelah tanaman padi gadu atau
palawija
- Tanah diolah dengan menggunakan bajak dan cangkul, dengan kedalaman 15-20 cm.
- Setelah hujan turun satu sampai dua kali tanah segera dihaluskan dan kemudian diratakan dengan menggunakan garu
- Di buat saluran pembuangan air setiap jarak 5 m atau menurut kebutuhan memanjang sesuai dengan petakan sawah.
PENANAMAN
:
1. Waktu tanam
1. Waktu tanam
- Waktu penugalan benih yaitu pada awal musim hujan, kira- kira setelah turun hujan 2-3 kali, atau apabila kelembaban tanah telah memungkinkan untuk dilakukan penugalan
- Apabila sebelumnya masih ada tanaman palawija, penugalan benih dapat dilakukan yaitu 1-1.5 bulan menjelang palawija di panen.
2. Cara
tanam
- Dapat dilakukan secara tugal ataupun larikan
- Agar penugalan / larikan lurus gunakanlah bantuan tali
- Jarak tanam :
- Cara tugal 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm - cara larik, jarak antar barisan 20-30 cm
- Setelah benih dimasukkan lobang egera ditutup dengan tanah yang gembur. Agar tidak dimakan oleh burung atau serangga
PENYIANGAN
·
Penyiangan
dilakukan seawal mungkin sesuaikan dengan keadaan gulma
·
Penyiangan
secara kering dapat dilakukan pada umur 15 dan 30 hst.
·
Penyiangan
secara basah dilakukan pada minggu pertama dan minggu ketiga setelah
penggenangan.
·
Pengendalian
gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida yang sesuai rekomendasi
setempat
PEMUPUKAN
·
Pemupukan
pertama 50 kg urea, 50 kg ZA, 50 kg SP-36 dan 50 kg KCI diberikan pada saat
tanaman berumur 7 hari setelah tumbuh.
·
Sisa
dosis (50 kg urea) diberikan pada saat primordia bunga, yaitu umur 40-45 hari
untuk umur genjah dan umur 55-65 hari untuk umr sedang
·
Cara
pemupukan yaitu disebarkan kedalam alur atau larikan yang dibuat diantara
barisan dalam tanaman padi
·
Setelah
pupuk ditabur kedalam larikan, segera ditutup dengan tanah dan diusahakan
pemupukan pada keadaan tanah cukup lembab.
Pengendalian organisme pengganggu
Tanda- tanda serangan organisme
pengganggu sama dengan tanda- tanda serangan pada padi sawah. Demikian pula
cara- cara pengendaliannya mengikuti anjuran setempat.
Sumber BPTP Sulawesi
Selatan
Thn : 2003
….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar