Berdasarkan Data
Statistik Tahun 2004 rata – rata produktivitas padi di Kabupaten Luwu Utara
tahun 2004 adalah 4,5 Ton/Ha. Sedangkan produktivitas yang seharusnya bisa
dicapai adalah 6 – 10 Ton/Ha. Rendahnya produktivitas tersebut dikarenakan
karena rendahnya penerapan 10 paket tehnologi pada tanaman padi, 10 paket
tersebut adalah :
1.
Penggunaan benih unggul
Penggunaan benih unggul
dapat meningkatkan produksi 30 – 40%. Benih padi yang ditanam secara berulang –
ulang sehingga kemampuan produktivitasnya akan semakin menurun
2.
Pergiliran varietas
Pergiliran varietas perlu
dilakukan selain menghindari adanya serangan hama
dan penyakit secara eksplosif (luar biasa)
karena ketahanan tanaman terhadap hama
& penyakit semakin menurun.
3.
Pengolahan tanah yang baik dan benar
Agar tanaman padi dapat
tumbuh secara baik, perakarannya bagus dan memudahkan menyerap unsur hara maka
perlu dilakukan pengolahan tanah yang baik dan benar yaitu : Bajak 1 kali dan
rotary 2 kali dengan persiapan sebelum tanam minimal 1 bulan.
4.
Pengaturan pola tanam
Untuk mempertahankan
stabilitas tanah dan menjaga ketersediaan unsur hara secara berkesinambungan
pada tanah, maka perlu dilakukan pengaturan pola tanam pada lahan sawah. Pengaturan
jarak tanam yang dapat dilakukan yaitu :
~ Padi – padi – palawija
~ Padi – Palawija - padi
5.
Pengaturan jarak tanam
Pengaturan jarak tanam
perlu dilakukan untuk mengatur peranakan
padi, menghindari tumbuhnya gulma, menghindari timbulnya penyakit, hama dan untuk memudahkan
pemeliharaan
6.
Pemupukan berimbang
Dilakukan dengan
memperhatikan 6 (enam) tepat yaitu : tepat jenis, mutu, dosis, cara, waktu dan
harga. Padi membutuhkan unsur Makro primer seperti : N, P & K. sedangkan
unsur makro sekunder seperti : S, Ca, Mg dan unsur mikro seperti : B, Fe, Mn,
Zn, Cl dll
7.
Pengunaan Zat Perangsang Tumbuh
Pengunaan ZPT / PPC penting
untuk memacu pertumbuhan tanaman padi & meningkatkan kualitas gabah/beras,
karena mengandung unsur mikro yang berfungsi sebagai katalis atau pemacu
8.
Pengaturan pemberian air
a.
Setelah
bibit ditanam atau setelah pemupukan N
(nitrogen) ke I, selama 3 hari petakan sawah tidak diairi, tetapi dibiarkan
dalam keadaan macak-macak. Jika sawah diairi maka akibatnya tanaman tidak dapat mengambil zat hara yang
dibutuhkan dan pupuk N yang baru diberikan akan larut hilang percuma.
b. Pada umur 4-14 hari setelah tanam (selama
10 hari), diberi pengairan setinggi 7-10 cm agar temperatur tanah tidak naik
yang mengakibatkan tanaman menjadi layu.
c. Pada umur 15-30 hari setelah tanam
(selama 14 hari) air dikurangi sampai setinggi 3-5 cm. Tinggi air lebih dari 5
cm dapat menghambat perkembangan anakan. Periode ini disebut periode kritis I.
Kekurangan air pada fase ini akan rnengurangi jumlah anakan.
d. Pada umur 30-35 hari air dikeluarkan
dari petakan sawah. Selama 5 hari dan keadaan tanah dibiarkan sampai macak
macak. Pada saat ini dilakukan pemupukan N ke II dan penyiangan ke I.
e. Pada umur 35-50 hari setelah tanam,
sawah digenangi lagi selama 14 hari dengan air setinggi 5 - 10 cm. Pada masa
ini juga dimulai penyiangan ke II.
f. Pada umur 50 hari setelah tanam
petakan sawah di keringkan macak-macak selama 5 hari. Juga pada masa ini
dilakukan pemupukan N ke III serta akhir penyiangan II. Air jangan terlalu
banyak karena akan menghambat penyerapan unsur hara terutama nitrogen yang baru
diberikan kepada tanaman.
g. Pada umur 56-65 hari setelah tanam,
diadakan penggenangan kembali terus-menerus sedalarn 10 cm Masa ini merupakan
masa kritis ke II. Sebab bila kekurangan air akan terjadi kehampaan.
h. Pada umur 65-70 hari setelah tanam
air dikeluarkan lagi dan petakan sampai keadaan macak macak agar pembungaan
bisa serempak. Pengurangan air ini juga memberikan kesempatan kepada akar untuk
bernafas dan berkembang sebaik-baiknya sehingga dapat menjamin pembentukan
bunga dan butir buah dengan baik serta menaikkan suhu tanah agar jasad-jasad
renik seperti cacing tanah dan lain-lain dapat merubah bahan organik dalam
tanah.
i.
Setelah
tanaman berumur lebih dari 70 hari yaitu pada masa pengisian gabah petakan
sawah kembali digenangi sedalam 10 cm. sampai gabah berisi penuh. Bila air
kurang/terlalu sedikit akan menghambat pengisian gabah.
j.
7-10
hari sebelum panen, petakan sawah dikeringkan untuk menyerempakkan dan
mempercepat pemasakan buah, bila masih ada air menggenang akan menurunkan suhu
sehingga menghambat pemasakan buah
9. Pengendalian hama penyakit
Pengendalian hama penyakit dilakukan
dengan cara 5 T (tepat waktu, cara, dosis, jenis)
10. Panen dan Pasca penen
Perlakuan panen dan pasca
panen meliputi waktu panen yang tepat, alat yang digunakan, pengolahan dan
penyimpanan hasil panen secara tepat
KAJIAN PEMUPUKAN BERIMBANG :
Hasil kajian pemupukan
berimbang yang dilakukan melalui laboratorium lapang pada Luwu Utara pada tabel
berikut :
Per
la
ku
an
|
Pupuk Anorgani
(Kg/Ha)
|
KSP
(Kg/
Ha)
|
Organik
(Kg/
Ha)
|
ZPT
(ML)
|
||
Urea
|
SP 36
|
KCL
|
||||
I
|
150
|
-
|
50
|
250
|
-
|
200
|
II
|
150
|
-
|
75
|
300
|
-
|
-
|
III
|
200
|
100
|
75
|
-
|
300
|
-
|
IV
|
250
|
100
|
100
|
-
|
-
|
-
|
WAKTU DAN DOSIS PEMUPUKAN :
§ Pupuk organik dan Kaptan Superfosfat (KSP)
diaplikasikan pada saat pengolahan tanah terakhir atau paling lambat sebelum
tanam
§ Pupuk Urea 3 kali yaitu :
-
1/3
dosis umur 0 – 7 HST
-
1/3
dosis umur 3 – 4 MST
-
1/3
umur 6 – 7 MST
§ Pupuk SP-36 1 kali umur 0 – 7 hari
setelah tanam
§ Pupuk KCL 2 kali :
-
1/2
dosis umur 0 – 7 HST
1/2 dosis umur 3 – 4 MST atau 6 -7 MST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar