Selasa, 24 Juni 2014

10 PAKET TEKHNOLOGI PADI SAWAH




Berdasarkan Data Statistik Tahun 2004 rata – rata produktivitas padi di Kabupaten Luwu Utara tahun 2004 adalah 4,5 Ton/Ha. Sedangkan produktivitas yang seharusnya bisa dicapai adalah 6 – 10 Ton/Ha. Rendahnya produktivitas tersebut dikarenakan karena rendahnya penerapan 10 paket tehnologi pada tanaman padi, 10 paket tersebut adalah :
1.            Penggunaan benih unggul
Penggunaan benih unggul dapat meningkatkan produksi 30 – 40%. Benih padi yang ditanam secara berulang – ulang sehingga kemampuan produktivitasnya akan semakin menurun
2.            Pergiliran varietas
Pergiliran varietas perlu dilakukan selain menghindari adanya serangan hama dan penyakit secara eksplosif (luar biasa)  karena ketahanan tanaman terhadap hama & penyakit semakin menurun.
3.            Pengolahan tanah yang baik dan benar
Agar tanaman padi dapat tumbuh secara baik, perakarannya bagus dan memudahkan menyerap unsur hara maka perlu dilakukan pengolahan tanah yang baik dan benar yaitu : Bajak 1 kali dan rotary 2 kali dengan persiapan sebelum tanam minimal 1 bulan.
4.            Pengaturan pola tanam
Untuk mempertahankan stabilitas tanah dan menjaga ketersediaan unsur hara secara berkesinambungan pada tanah, maka perlu dilakukan pengaturan pola tanam pada lahan sawah. Pengaturan jarak tanam yang dapat dilakukan yaitu :
~ Padi – padi – palawija
~ Padi – Palawija - padi
5.            Pengaturan jarak tanam
Pengaturan jarak tanam perlu dilakukan untuk  mengatur peranakan padi, menghindari tumbuhnya gulma, menghindari timbulnya penyakit, hama dan untuk memudahkan pemeliharaan
6.            Pemupukan berimbang
Dilakukan dengan memperhatikan 6 (enam) tepat yaitu : tepat jenis, mutu, dosis, cara, waktu dan harga. Padi membutuhkan unsur Makro primer seperti : N, P & K. sedangkan unsur makro sekunder seperti : S, Ca, Mg dan unsur mikro seperti : B, Fe, Mn, Zn, Cl dll
7.            Pengunaan Zat Perangsang Tumbuh
Pengunaan ZPT / PPC penting untuk memacu pertumbuhan tanaman padi & meningkatkan kualitas gabah/beras, karena mengandung unsur mikro yang berfungsi sebagai katalis atau pemacu
8.            Pengaturan pemberian air
a.    Setelah bibit ditanam  atau setelah pemupukan N (nitrogen) ke I, selama 3 hari petakan sawah tidak diairi, tetapi dibiarkan dalam keadaan macak-macak. Jika sawah diairi maka akibatnya tanaman  tidak dapat mengambil zat hara yang dibutuhkan dan pupuk N yang baru diberikan akan larut hilang percuma.
b.      Pada umur 4-14 hari setelah tanam (selama 10 hari), diberi pengairan setinggi 7-10 cm agar temperatur tanah tidak naik yang mengakibatkan tanaman menjadi layu.
c.       Pada umur 15-30 hari setelah tanam (selama 14 hari) air dikurangi sampai setinggi 3-5 cm. Tinggi air lebih dari 5 cm dapat menghambat perkembangan anakan. Periode ini disebut periode kritis I. Kekurangan air pada fase ini akan rnengurangi jumlah anakan.
d.      Pada umur 30-35 hari air dikeluarkan dari petakan sawah. Selama 5 hari dan keadaan tanah dibiarkan sampai macak macak. Pada saat ini dilakukan pemupukan N ke II dan penyiangan ke I.
e.       Pada umur 35-50 hari setelah tanam, sawah digenangi lagi selama 14 hari dengan air setinggi 5 - 10 cm. Pada masa ini juga dimulai penyiangan ke II.
f.       Pada umur 50 hari setelah tanam petakan sawah di keringkan macak-macak selama 5 hari. Juga pada masa ini dilakukan pemupukan N ke III serta akhir penyiangan II. Air jangan terlalu banyak karena akan menghambat penyerapan unsur hara terutama nitrogen yang baru diberikan kepada tanaman.
g.       Pada umur 56-65 hari setelah tanam, diadakan penggenangan kembali terus-menerus sedalarn 10 cm Masa ini merupakan masa kritis ke II. Sebab bila kekurangan air akan terjadi kehampaan.
h.      Pada umur 65-70 hari setelah tanam air dikeluarkan lagi dan petakan sampai keadaan macak macak agar pembungaan bisa serempak. Pengurangan air ini juga memberikan kesempatan kepada akar untuk bernafas dan berkembang sebaik-baiknya sehingga dapat menjamin pembentukan bunga dan butir buah dengan baik serta menaikkan suhu tanah agar jasad-jasad renik seperti cacing tanah dan lain-lain dapat merubah bahan organik dalam tanah.
i.        Setelah tanaman berumur lebih dari 70 hari yaitu pada masa pengisian gabah petakan sawah kembali digenangi sedalam 10 cm. sampai gabah berisi penuh. Bila air kurang/terlalu sedikit akan menghambat pengisian gabah.
j.        7-10 hari sebelum panen, petakan sawah dikeringkan untuk menyerempakkan dan mempercepat pemasakan buah, bila masih ada air menggenang akan menurunkan suhu sehingga menghambat pemasakan buah
9.      Pengendalian hama penyakit
Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan cara 5 T (tepat waktu, cara, dosis, jenis)
10.    Panen dan Pasca penen
Perlakuan panen dan pasca panen meliputi waktu panen yang tepat, alat yang digunakan, pengolahan dan penyimpanan hasil panen secara tepat

KAJIAN PEMUPUKAN BERIMBANG :
Hasil kajian pemupukan berimbang yang dilakukan melalui laboratorium lapang pada Luwu Utara pada tabel berikut :

Per
la
ku
an
Pupuk Anorgani
(Kg/Ha)
KSP
(Kg/
Ha)
Organik
(Kg/
Ha)
ZPT
(ML)
Urea
SP 36
KCL
I
150
-
50
250
-
200
II
150
-
75
300
-
-
III
200
100
75
-
300
-
IV
250
100
100
-
-
-

WAKTU DAN DOSIS PEMUPUKAN :
§  Pupuk organik dan Kaptan Superfosfat (KSP) diaplikasikan pada saat pengolahan tanah terakhir atau paling lambat sebelum tanam
§  Pupuk Urea 3 kali yaitu :
-          1/3 dosis umur 0 – 7 HST
-          1/3 dosis umur 3 – 4 MST
-          1/3 umur 6 – 7 MST
§  Pupuk SP-36 1 kali umur 0 – 7 hari setelah tanam
§  Pupuk KCL 2 kali :
-          1/2 dosis umur 0 – 7 HST
1/2 dosis umur 3 – 4 MST atau 6 -7 MST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar