Selasa, 24 Juni 2014

PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG


Penyakit bulai merupakan penyakit jagung yang paling berbahaya. Penyebarannya sangat luas, meliputi semua daerah penghasil jagung didunia seperti Filipina, Thailand, India, Indonesia, Afrika, dan Amerika. Kehilangan hasil dapat mencapai 90% (Shurtleff 1980).

GEJALA:
Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal . Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku.  Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali.
Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun sobek-sobek.



PENYEBAB :
Shurtleff (1980), Wakman dan Djatmiko (2002), serta Rathore dan Siradhana (1988) melaporkan bahwa penyakit bulai pada jagung dapat disebabkan oleh 10 spesies dari tiga generasi yaitu:
1. Peronosclerospora maydis (Java downy mildew)
2. P.  philippinensis  (Philippine downy mildew)
3. P.  sorghi (Sorghum downy mildew)
4. P.  sacchari  (Sugarcane downy mildew)
5. P.  spontanea  (Spontanea downy mildew)
6. P.  miscanthi  (Miscanthi downy mildew).
7. P.  heteropogoni  (Rajasthan downy mildew)
8. Sclerophthora macrospora (Crazy top)
9. S. rayssiae var. zeae (Brown stripe)
10.Sclerospora graminicola (Graminicola downy mildew)

Siklus Hidup :
Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor (Gambar 1) dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora,daun kotiledon tetap sehat.

Epidemiologi :
Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu, P. maydis di bawah suhu 24OC, P. philippinensis 21-26OC, P. sorghi 24-26OC, P. sacchari 20-25OC, S. rayssiae 20-22OC, S. graminicola 17-34OC, dan S. macrospora 24-28OC.

Tanaman Inang :
Beberapa jenis serealia yang dilaporkan sebagai inang lain dari pathogen penyebab bulai jagung adalah Avena sativa, Digitaria spp., Euchlaena spp., Heteropogon contartus, Panicum spp., Setaria spp., Saccharum spp., Sorghum spp., Pennisetum spp., dan Zea mays. )Jagung,  sorgum, tebu, beberapa jenis rumput rumputan lainnya)

Daerah Sebaran :
Diseluruh propinsi di Indonesi

Pengendalian :
Teknologi pengendalian penyakit bulai yang umum diterapkan adalah:
• Penggunaan varietas tahan (Balitsereal 2005), varietas tahan seperti Lagaligo, Surya, BISI- 4 , Pioneer     (P)-4 , P 5 ,P 9 ,P 10,P 12 (Wakman  et al., 1999; Wakman, 2000))
• Pemusnahan tanaman terinfeksi dengan membakar
  Periode bebas tanaman  jagung
penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan
• Pengaturan waktu tanam agar serempak
• Pergiliran tanaman.
• Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil melalui biji. (Shurtleff, 1980; Sudjono, 1988; Sumartini dan Hardaningsih, 1995; Wakman, 2002)
             
perlakuan benih menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih. Selain itu penyemprotan tanaman pada umur 5, 10, dan 15 hari menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil, famoksadon, atau benomil. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar