Penyakit bulai merupakan penyakit
jagung yang paling berbahaya. Penyebarannya sangat luas, meliputi semua daerah
penghasil jagung didunia seperti Filipina, Thailand, India, Indonesia, Afrika,
dan Amerika. Kehilangan hasil dapat mencapai 90% (Shurtleff 1980).
GEJALA:
Gejala daun yang terinfeksi berwarna
khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan
bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal . Warna putih
seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna
khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik
menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi
terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak
bertongkol sama sekali.
Tanaman yang terinfeksi sistemik
sejak muda di bawah umur 1 bulan biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk
anakan yang berlebihan dan daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan
berubah menjadi massa daun yang berlebihan dan daun sobek-sobek.
PENYEBAB :
Shurtleff (1980), Wakman dan Djatmiko
(2002), serta Rathore dan Siradhana (1988) melaporkan bahwa penyakit bulai pada
jagung dapat disebabkan oleh 10 spesies dari tiga generasi yaitu:
1. Peronosclerospora maydis (Java
downy mildew)
2. P.
philippinensis (Philippine downy
mildew)
3. P.
sorghi (Sorghum downy mildew)
4. P.
sacchari (Sugarcane downy mildew)
5. P.
spontanea (Spontanea downy
mildew)
6. P.
miscanthi (Miscanthi downy
mildew).
7. P.
heteropogoni (Rajasthan downy
mildew)
8. Sclerophthora macrospora (Crazy
top)
9. S. rayssiae var. zeae (Brown stripe)
10.Sclerospora graminicola
(Graminicola downy mildew)
Siklus Hidup :
Jamur dapat bertahan hidup sebagai
miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber inokulum.
Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman
melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang
menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor (Gambar 1) dan konidia terbentuk
keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya
terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal
dari spora,daun kotiledon tetap sehat.
Epidemiologi :
Pembentukan konidia jamur ini
menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu, P. maydis di bawah suhu 24OC,
P. philippinensis 21-26OC, P. sorghi 24-26OC, P. sacchari
20-25OC, S. rayssiae 20-22OC, S. graminicola 17-34OC,
dan S. macrospora 24-28OC.
Tanaman Inang :
Beberapa jenis serealia yang
dilaporkan sebagai inang lain dari pathogen penyebab bulai jagung adalah Avena
sativa, Digitaria spp., Euchlaena spp., Heteropogon contartus, Panicum spp.,
Setaria spp., Saccharum spp., Sorghum spp., Pennisetum spp., dan Zea mays.
)Jagung, sorgum, tebu, beberapa jenis
rumput rumputan lainnya)
Daerah Sebaran :
Diseluruh propinsi di Indonesi
Pengendalian :
Teknologi pengendalian penyakit bulai
yang umum diterapkan adalah:
• Penggunaan varietas tahan (Balitsereal 2005), varietas
tahan seperti Lagaligo, Surya, BISI- 4 , Pioneer (P)-4 , P 5 ,P 9 ,P 10,P 12 (Wakman et al., 1999; Wakman, 2000))
• Pemusnahan tanaman terinfeksi dengan membakar
• Periode bebas
tanaman jagung
• penanaman dilakukan
menjelang atau awal musim penghujan
• Pengaturan waktu tanam agar serempak
• Pergiliran tanaman.
• Aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil melalui biji. (Shurtleff,
1980; Sudjono, 1988; Sumartini dan Hardaningsih, 1995; Wakman, 2002)
perlakuan benih menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih. Selain itu penyemprotan tanaman pada umur 5, 10, dan 15 hari menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil, famoksadon, atau benomil. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar